Surat Cinta dari Tuhan

Buku mungil ini pertama kali terbit pada November 2005, sebenarnya berisi tentang hadits qudsi yang dirangkum oleh pengarangnya dengan kalimat kalimat puitis sehingga kita merasa sedang membaca puisi. Sang pengarang menyatakan, "Jika firman Tuhan dalam hadits Qudsi kita sikapi layaknya sebuah surat cinta, kita akan menyimaknya dengan hati yang khusyuk dan syahdu. Kabar apapun yang disampaikan oleh Tuhan kepada kita akan terasa nyaman di telinga dan dihati. Seakan-akan Tuhan berbicara kepada kita secara pribadi, mengajak, menasehati, mengimbau, mengingatkan kita dengan bahasa yang ramah dan bersahabat.

Islah Gusmian, pria kelahiran Pati ini, menyajikan firman-firman Tuhan dalam bentuk surat cinta, menyarikannya dari Al-Mawaiizh fi Al Ahadits Al Qudsiyyah karya Imam Al Ghazali dengan bahasa yang sederhana dan mengena.

Buku 180 halaman ini diterbitkan oleh Mizan, dibuka dengan bab Segalanya Akan Dipertanggungjawabkan. Petikannya seperti ini :

Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi ia hidup bersukaria.

Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban amal perbuatan di akhirat, tapi ia asyik mengumpulkan dan menumpuk kekayaan. ...

... Sudah siapkah Anda mengahadapi kematian? Siap atau tidak siap setiap diri akan menghadapi kematian... kematian tidak untuk ditakuti apalagi dihindari.

Pada bab 2, judulnya adalah TakdirNya Adalah Jalan Hidupmu. Barang siapa tidak mau menerima suratan nasib yang telah Aku putuskan, tidak bersabar atas segala cobaan yang Aku berikan, tidak mau berterima kasih atas segala nikmat yang Aku curahkan, dan tidak mau menerima apa adanya atas segala yang Aku berikan, maka sembahlah tuhan selain Aku.

0 comments: