Novel karya Habiburrahman El Shirazy ini Saya telat tahu dan akhirnya jadi telat baca. Masak baru tahu sekarang, hari gini gitu lhooo.... ketinggalan berita lah!
Baru aja mulai baca, itupun novelnya dapat pinjaman dari tetangga. Kalau beli, mungkin cukup mahal dan belum tentu suka kan dengan novelnya. Toh tidak semua orang sama, rambut boleh sama hitam, tapi isi pendapat dan kepala boleh lah berbeda.
Mungkin karena Saya lebih suka dengan jenis novel ala Dan Brown, Sydney Sheldon, yang bertemakan suspense, misteri, penuh teka teki sehingga selama membaca Saya lebih senang menebak-nebak, jadi pada saat membaca novel ini, Saya kurang merasa greget. Kenapa ya?
Mungkin juga karena Saya sudah terlalu lama tidak membaca novel-novel bertemakan cinta. Dan Saya termasuk orang yang parah dalam mengingat nama tokoh. Jangankan nama tokoh yang sulit dicerna, nama teman-teman dan daerah yang pernah Saya kunjungi saja, Saya bisa lupa.
Novel ini baru Saya baca seperempat halaman, tapi Saya merasa, pengarang terlalu bertele-tele menceritakan suatu kejadian dengan deskripsi yang terlau detil yang kadang tidak perlu. Contohnya saja, di lembar lembar awal cerita, Fahri yang sedang naik bis menggambarkan betapa disiplinnya cara orang naik bis di Mesir. "Para penumpang turun. Setelah semuanya naik, barulah penumpang yang sedang menunggu tadi naik bis.' Saya hanya merasa ada deskripsi yang lebih manis tanpa harus menyatakan dengan jelas bahwa semuanya harus turun dulu dan baru kemudian naik satu per satu ke atas bis.
Tapi Saya tetap akan melanjutkan untuk membaca novel ini. Karya pengarang Indonesia soalnya.
1 comments:
test
Post a Comment